JAKARTA - Pemerintah terus mematangkan rencana penerapan wajib belajar
(wajar) 12 tahun. Setelah menjalani masa rintisan pada tahun ini,
ditargetkan tahun depan program wajar 12 benar-benar digulirkan.
Uang Rp 17 triliun siap digelontorkan khusus untuk membebaskan biaya 10
juta siswa SMA dan SMK.
Ditemui di kantornya, Kamis (2/2), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh mengatakan, program wajar 12 tahun adalah konsekuensi dari tercapainya program wajar dikdas (wajib belajar pendidikan dasar) 9 tahun. “Berkesinambungan itu harus. Tidak bisa dibiarkan hanya lulus SMP saja,” ujar menteri asal Surabaya itu.
Nuh menjelaskan, jika program wajar dikdas 9 tahun tidak dijalankan berkesinambungan dengan wajar 12 tahun, maka jumlah pekerja anak akan terus membengkak. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 yang dikantongi Kemendikbud menunjukkan, saat ini 49,5 persen dari seluruh pekerja Indonesia tamatan SD. Selanjutnya 19,1 persen lulusan SMP, lalu 14,7 persen jebolan SMA, dan 8,2 persen alumni SMK. “Lulus SMP bekerja itu sudah menyalahi aturan ketenagakerjaan. Apalagi lulusan SD,” ujar Nuh. Tingginya angka anak tamatan SD dan SMP yang bekerja menurutnya karena akses ke SMA dan setingkatnya belum terbuka. Lulusan SMP setiap tahun yang rata-rata 8 juta anak, banyak yang putus sekolah dan akhirnya bekerja.
Nuh mengutarakan, wajar 12 tahun yang digulirkan secara penuh pada 2013 harus dilakukan. Pemerintah sudah menghitung untuk menutup biaya operasional 10 juta siswa SMA diperlukan anggaran Rp 17 triliun. Anggaran ini meliputi biaya untuk pengadaan ruang kelas baru sebesar Rp 1 triliun, pembangunan unit sekolah baru Rp 629 miliar, dan paling besar untuk bantuan operasional sekolah menengah (BOS-SM) Rp 15,5 triliun.
Dengan kucuran dana ini, Nuh mengatakan, aturan pada BOS SD-SMP juga diterapkan untuk SMA dan SMK. Di antaranya siswa SMA dan SMK digratiskan dari berbagai pungutan. Sebab, pemerintah sudah menalangi biaya operasional yang diperkirakan Rp 1.250.000 sampai Rp 1,5 juta per siswa per tahun. Pada 2013 nanti, Nuh memperkirakan ada 10 juta siswa SMA dan SMK yang akan menerima kucuran BOS-SM.
Selain kucuran bantuan operasional sekolah (BOS), Nuh mengatakan banyak intervensi lain untuk menjalankan program wajar 12 tahun. Selain urusan gedung dan biaya operasional tadi, pemerintah juga akan meningkatkan kualifikasi guru serta jumlahnya.
Melalui berbagai intervensi tadi, Nuh mengatakan, bisa mengatasi perbedaan angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK yang jomplang antarsatu daerah dengan daerah lain. Dia mencohkan, di tingkat provinsi APK tertinggi direngkuh oleh DKI Jakarta yaitu 119 persen. Sedangkan provinsi dengan APK terendah diduduki oleh Lampung dengan tingkat APK 58 persen.
Perbedaan juga terasa mencolok jika diambil di tingkat kabupaten atau provinsi. Misalnya di Provinsi Jawa Timur, APK tertinggi didapat oleh Kota Blitar dengan raihan 109 persen. Sedangkan APK terendah dipegang oleh Kabupaten Sampang dengan tingkat APK 28 persen. Artinya di Sampang tiga dari sepuluh anak usia SMA dan sederajat yang sekolah dan sisanya putus sekolah.
Target APK SMA dan sederajat yang dipasang pemerintah saat ini adalah 97 persen. Posisi saat ini APK SMA dan sederajat masih 70.5 persen. Tanpa ada intervensi wajar 12 tahun ini, Nuh mengatakan target pencapaian APK SMA dan sederajat bisa terwujud pada 2038-2040. Tetapi dengan intervensi ini diperkirakan target APK itu lunas pada 2020. “Meskipun andai saya nanti sudah tidak jadi menteri, pondasinya sudah terbangun,” pungkas mantan Menkominfo itu. (jpnn/alt/zen)
Ditemui di kantornya, Kamis (2/2), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh mengatakan, program wajar 12 tahun adalah konsekuensi dari tercapainya program wajar dikdas (wajib belajar pendidikan dasar) 9 tahun. “Berkesinambungan itu harus. Tidak bisa dibiarkan hanya lulus SMP saja,” ujar menteri asal Surabaya itu.
Nuh menjelaskan, jika program wajar dikdas 9 tahun tidak dijalankan berkesinambungan dengan wajar 12 tahun, maka jumlah pekerja anak akan terus membengkak. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2011 yang dikantongi Kemendikbud menunjukkan, saat ini 49,5 persen dari seluruh pekerja Indonesia tamatan SD. Selanjutnya 19,1 persen lulusan SMP, lalu 14,7 persen jebolan SMA, dan 8,2 persen alumni SMK. “Lulus SMP bekerja itu sudah menyalahi aturan ketenagakerjaan. Apalagi lulusan SD,” ujar Nuh. Tingginya angka anak tamatan SD dan SMP yang bekerja menurutnya karena akses ke SMA dan setingkatnya belum terbuka. Lulusan SMP setiap tahun yang rata-rata 8 juta anak, banyak yang putus sekolah dan akhirnya bekerja.
Nuh mengutarakan, wajar 12 tahun yang digulirkan secara penuh pada 2013 harus dilakukan. Pemerintah sudah menghitung untuk menutup biaya operasional 10 juta siswa SMA diperlukan anggaran Rp 17 triliun. Anggaran ini meliputi biaya untuk pengadaan ruang kelas baru sebesar Rp 1 triliun, pembangunan unit sekolah baru Rp 629 miliar, dan paling besar untuk bantuan operasional sekolah menengah (BOS-SM) Rp 15,5 triliun.
Dengan kucuran dana ini, Nuh mengatakan, aturan pada BOS SD-SMP juga diterapkan untuk SMA dan SMK. Di antaranya siswa SMA dan SMK digratiskan dari berbagai pungutan. Sebab, pemerintah sudah menalangi biaya operasional yang diperkirakan Rp 1.250.000 sampai Rp 1,5 juta per siswa per tahun. Pada 2013 nanti, Nuh memperkirakan ada 10 juta siswa SMA dan SMK yang akan menerima kucuran BOS-SM.
Selain kucuran bantuan operasional sekolah (BOS), Nuh mengatakan banyak intervensi lain untuk menjalankan program wajar 12 tahun. Selain urusan gedung dan biaya operasional tadi, pemerintah juga akan meningkatkan kualifikasi guru serta jumlahnya.
Melalui berbagai intervensi tadi, Nuh mengatakan, bisa mengatasi perbedaan angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK yang jomplang antarsatu daerah dengan daerah lain. Dia mencohkan, di tingkat provinsi APK tertinggi direngkuh oleh DKI Jakarta yaitu 119 persen. Sedangkan provinsi dengan APK terendah diduduki oleh Lampung dengan tingkat APK 58 persen.
Perbedaan juga terasa mencolok jika diambil di tingkat kabupaten atau provinsi. Misalnya di Provinsi Jawa Timur, APK tertinggi didapat oleh Kota Blitar dengan raihan 109 persen. Sedangkan APK terendah dipegang oleh Kabupaten Sampang dengan tingkat APK 28 persen. Artinya di Sampang tiga dari sepuluh anak usia SMA dan sederajat yang sekolah dan sisanya putus sekolah.
Target APK SMA dan sederajat yang dipasang pemerintah saat ini adalah 97 persen. Posisi saat ini APK SMA dan sederajat masih 70.5 persen. Tanpa ada intervensi wajar 12 tahun ini, Nuh mengatakan target pencapaian APK SMA dan sederajat bisa terwujud pada 2038-2040. Tetapi dengan intervensi ini diperkirakan target APK itu lunas pada 2020. “Meskipun andai saya nanti sudah tidak jadi menteri, pondasinya sudah terbangun,” pungkas mantan Menkominfo itu. (jpnn/alt/zen)
0 komentar:
Your comment / 2013, Sekolah SMA/SMK Gratis